Bismillah
Di tengah rongsok bau melangkah elok
Tapak kaki tanpa alas mengukur waktu
Berbalut baju kaos putih tersayang
Celana pendek lusuh mengukir syukur
Terbit harap mencari jeda dalam
payah
Ah,
tidak! Dia dibentak-bentak ingatannya
Senyum
satu bidadari di istana kardusnya
Dan tiga
peri kecil yang riang menantinya
Akan
makan apa mereka hari ini?
Langit jingga perlahan merona
Ia masih mengais yang terkumpul
Istana karung di atas punggungnya
Meraup-raup tak henti penuh harap
Ia akan ukir selarik senyum peri kecilnya
Tak
terduga, si bungsu datang berlari-lari
Memberi
peluk, mengacungkan telunjuk
Mata
bulatnya berpendar-pendar bahagia
Balon
jeruk tersangkut di dahan tertinggi
Bagai buah
raksasa yang bergelayut damai
Tapak kaki kasar itu memanjat pelan
Dahan demi dahan dia taklukkan
Hingga di puncak tertinggi dia merambah
Semilir angin nyaris jadi pematah mimpi
Tapi dia tak gentar demi senyum manis bibir sabit
Peri
kecil itu bertepuk-tepuk gembira
Kepak
sayapnya semakin bercahaya
Memeluk
lembut si balon jeruk
Peri
kecil yang lain terbang mendekat
Bersama
bidadari yang tersenyum hangat
--Di tengah riuh reuni Kedokteran Unhas, 2011
Ada sesenti kisah
yang tak mereka tahu
singgah, trimss...
ReplyDeleteKore wa hontōnohanashi kara mochiage omoeru :)
ReplyDelete#syukran
eh, eh, eh...
Delete"ini benar-benar cerita yang...?"
~omoeru itu nyata, ya?